Perhatian !!

Blog menghibur dan berbagi informasi unik dan menarik yang mengambil referensi dari situs-situs terpercaya, sehingga informasi tersebut jauh dari kata hoax.

Dec 31, 2017

Misteri Mistisnya Gunung Lawu, Pengalaman Para Pendaki Yang Tersesat



Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. 

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 
Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terahkir meletus pada tanggal 28 November 1885) dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). 

Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho.

Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.

 Legenda Gunung Lawu

Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M) pada masa pemerintahan Prabu Bhrawijaya V.
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.

Pada malam itu pulalah Sang Raja dengan hanya disertai pemomongnya yang setianya diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. 

Saat itu Sang Prabu bertitah, akan meninggalkan dunia ini. Dipa Menggala, diangkat menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua makhluk gaib dengan wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu,  gunung Wilis, Pantai selatan , dan  pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. 

Dan kepada Wangsa Menggala, diangkat  sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.

Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon muksa di Harga Dumiling. Di Hargo Dalem yang merupakan salah satu Puncak Lawu terdapat sebuah makam kuno yang dipercaya sebagai petilasan Prabu Bhrawijaya V. 
Di tempat inilah masyarakat setempat percaya bahwa raja terakhir Kerajaan Majapahit itu mencapai kesempurnaan.

Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.

Misteri Gunung Lawu

1. Macan Gunung Lawu
Banyak misteri yang tersimpan dan menjadi pembicaraan warga tentang Gunung Lawu.
Salah satu misteri Gunung Lawu yang ditakuti oleh para pendaki adalah kemunculan Macan Lawu, sosok berupa harimau yang dipercaya sebagai sosok gaib penunggu gunung ini. 

Biasanya, kehadiran Macan Lawu ini merupakan sebuah pertanda buruk, tapi terkadang dianggap juga sebagai pertanda baik bagi orang-orang yang mencari “ilmu” di gunung ini. Banyak pendaki atau masyarakat setempat yang sering melihat penampakan Macan Lawu ini di tempat-tempat yang dikeramatkan. 

Selain itu, kehadiran Macan Lawu biasanya akan diiringi dengan peristiwa yang mengerikan, seperti penemuan mayat yang mungkin sudah hilang selama berhari-hari di Gunung Lawu. 
Setiap malam satu suro, banyak orang yang berbondong-bondong menuju Gunung Lawu untuk bertapa atau melakukan ritual. Hal yang diminta pun bermacam-macam, mulai dari minta kesaktian, kekayaan, sampai dengan jodoh.

Pertanda apabila permintaan tersebut dikabulkan ditandai dengan penampakan sosok manusia berbulu loreng yang mirip dengan macan.

2. Pasar Setan di jalur Candi Cetho
Banyak pendaki yang ingin cepat sampai ke puncak Gunung Lawu dan mengambil jalur pendakian Candi Cetho. Meskipun tergolong lebih cepat, jalur pendakian ini sangat terjal, belum lagi ada jurang di tepi jalan yang akan Anda lalui. Di jalur Candi Cetho ini kabutnya juga lebih tepal sehingga menghalangi penglihatan para pendaki. 
Sebenarnya, Jalur Candi Cetho cenderung dihindari oleh para pendaki. Mereka lebih memilih untuk melewati Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. 

Namun, bukan alasan itu saja yang membuat para pendaki menghindari Candi Cetho. Alasan lain yang membuat para pendaki enggan melintasi jalur ini adalah keberadaan pasar setan di jalur Candi Cetho. 

Misteri Gunung Lawu seputar pasar setan ini memang yang paling terkenal. Ada sebuah lahan tanah di lereng Gunung Lawu ketika melintasi jalur Candi Cetho. Apabila Anda melintasi lahan ini pada malam hari sering terdengar suara-suara keramaian seperti pasar. Padahal, tidak ada siapa pun di sana dan hanya ada rombongan pendaki.

Konon katanya ketika melewati kawasan pasar setan ini dan mendengar ada yang berkata, “Mau beli apa?” maka  harus membuang uang berapa pun nominalnya atau salah satu barang yang dimiliki. Mitos ini dilakukan sebagai barter, layaknya orang jual-beli di pasar, agar tidak ada mahluk halus yang mengikuti.

3. Burung Jalak yang menuntun pendaki
Katanya jika saat melakukan pendakian di Gunung Lawu dan tiba-tiba bertemu burung jalak yang mengikuti, maka biarkan saja dan jangan mengusir atau mengganggu burung itu. Burung jarak misterius ini akan menuntun pendaki hingga sampai ke puncak gunung.

Namun, hal ini berlaku untuk pendaki yang berhati baik dan tidak memiliki maksud jahat. Bagi pendaki yang memiliki niat buruk, biasanya mereka akan tertimpa kesialan saat pendakian.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, burung jalak ini adalah jelmaan Kyai Jalak, yang merupakan pengikut setia Prabu Bhrawijaya V. 

4. Gunung Lawu yang memiliki “nyawa” 

Di antara semua Misteri Gunung Lawu yang sudah dibahas satu persatu, masih ada misteri lainnya yang membuat para pendaki lebih berhati-hati saat berbicara di gunung ini. 

Konon, Gunung Lawu ini memiliki “nyawa” yang bisa mendengar setiap ucapan pendaki. Bila ada yang mengeluh lapar, maka ia akan merasakan kelaparan hebat seperti tidak makan berhari-hari. Jika ada yang mengeluhkan lelah, maka ia akan merasa lelah sekali sampai-sampai tak kuat melanjutkan perjalanan. 

Pun begitu jika ada yang mengeluhkan dingin, ia akan merasakan kedinginan hebat, padahal rekan pendaki  yang lain tidak kedinginan. 
Singkatnya, jangan mudah mengeluh dan lebih berhati-hati saat berucap ketika berada di tempat asing.

Kisah para pendaki gunung lawu yang tersesat
(diceritan langsung oleh dynamo182 dalam forum KasKus)

Dalam keadaan hujan deras, gelap, kedinginan dan alat penerangan seadanya, kami bergegas turun karena takut nanti kemalaman. Di sinilah semua keanehan mulai terjadi.

Beberapa kali saya mendengar dua orang pembawa tenda tadi mengeluh dan mengeluarkan kata-kata kurang pantas.

Hal aneh pertama kami adalah, malam itu malam tahun baru sementara di bukit sebelah kami dapat melihat deretan lampu senter yang bak berbaris dan berliku-liku dan terlihat jelas karena hujan sudah mulai reda.

Tapi anehnya, tidak ada satupun yang berpapasan dengan kami saat itu. Dengan hati tenang kami coba berdalih kalau pendaki lain mungkin belum sampai di sini, karena kami masih belum bertemu pos 5. Lama kelamaan, kami merasa kuatir karena jalur yang kami lewati sepertinya bukan jalur Cemoro Sewu Sering kali kami melewati rute yang tergenang lumpur layaknya daerah yang belum terjamah.

Saya kebetulan membawa senter dan beberapa kali saya senterkan ke arah kanan kiri, rasanya kami masuk hutan. Saya segera berteriak beberapa kali "leader,,,perhatikan jalur" dengan harapan leader bisa menemukan jalur sebenarnya.

Kembali saya mendengar suara jengkel dari pembawa tenda di di depan saya, meskipun saya tidak bisa melihat mereka, tapi saya masih ingat betul logat dan suara mereka.
Berkali-kali sang ketua berteriak meminta pembawa tenda jangan berbicara yang tidak sopan dan sabar dulu, bentar lagi pos 5.

Pengalaman hororpun dimulai, saat saya merasa jarak saya agak jauh dari teman di depan saya, tiba-tiba saja saya disalip dari belakang oleh seorang pemuda kurus yang memakai celana jeans potongan atas dengkul, kaos oblong item dan tanpa senter.

Saya sempat menyapa "mass... rombongan darimana?".

Tanpa jawaban dan menoleh, pemuda tadi terus saja berjalan tanpa menghiraukan saya.
Pikir saya waktu itu "ahhh.. paling temennya ada dibelakang atau mungkin dia tertinggal".

Terus mengikuti suara leader, saya menyusuri jalan setapak berbatu dan tepat samping saya adalah jurang yang kedalamannya tidak saya ketahui karena saat saya mengarakan senter ke samping bawah terlihat pemandangan yang gelap gulita.

Tiba-tiba saya melewati sekelompok orang duduk di atas batu besar yang kurang jelas bentuknya, karena tanpa ada penerangan sama sekali. Hanya hitam saja, kalo tidak salah jumlahnya ada 4 orang. 2 diantaranya duduk.di atas batu di tepi jurang dengan potongan rambut gondrong. Sedang 2 lainnya berdiri bersender di batu.

Sempat saya mengarahkan senter saya ke arah mereka tapi hanya ke arah batu yang mereka duduki, dan saya melihat penampakan botol bir dan botol air mineral yang isinya berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan di sekitar botol, berserakan kulit kacang. Sambil menyapa saya mencoba bertanya "maaf mas,,, ini jalur Cemoro Sewu bukan ?" namun mereka hanya mengangguk.
Pikir saya mungkin mereka lagi tinggi.

Dan keanehan terakhir adalah ketika kami berhenti pada sebuah batu besar yang menempel di tebing. Ketua kami bilang dengan sangat hati-hati bahwa ternyata kami sudah "dikerjain" sama ghaib disitu. Karena tanpa sepengetahuan kami ternyata ketua sudah memberikan sebuah coretan dari batu di batu besar tadi. Dan dia sudah ketiga kalinya melewati batu besar tadi.

Akhirnya kami berdoa bersama dan peringatan keras ditujukan pada pembawa tenda yang selama perjalanan selalu mengeluh dan berbicara kotor.

Selesai berdoa dan "ritual" meminta maaf, kami lanjutkan perjalanan kembali. Betul saja, perkiraan satu jam perjalanan kami langsung bertemu dengan pos 5. Segera kami istirahat menenangkan diri dan mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi. Kisaran pukul 03:00an kami sampai di Cemoro Sewu, lega rasanya hati ini.

Referensi :
Wikipedia : Gunung Lawu


Dec 30, 2017

Terbongkarnya Misteri Segitiga Bermuda (Berdasarkan Fakta Ilmiah)


Segitiga bermuda atau triangle bermuda adalah gambaran segitiga imagener yang dibentuk oleh   Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan negara Bermuda. Segitiga bermuda ini telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah  banyak terjadi termaksud yg dialami oleh pengelana samudera Christopher Columbus. 

Mulai dari adanya monster laut, UFO, hingga Lubang biru. Dilain sisi, segitiga bermuda juga telah banyak menelan kapal dan pesawat yang melintas di wilayah tersebut. Tak hanya itu, baik bangkai kapal ataupun pesawat hingga para awak dan penumpang tak satupun dapat di temukan. Inilah yang semakin menambah misteri segitiga bermuda.

Tetapi faktanya….
Penyelidikan terbaru yang dilakukan oleh program TV Discovery & National Geographic tahun 2011, menyatakan  bahwa terjadinya gangguan mesin, kompas & alat navigasi lainnya pada kapal dan pesawat yg melintas, karenakan adanya  daya magnet lokal (bukan magnet kutub) yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah tersebut. Bukti baru ini, telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit di daerah tersebut.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan gelombang elektromagnet dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas kerak bumi / permukaan bumi, yg kemudian membuat alat navigasi menjadi berantakan serta tak berfungsi sempurna.

Para ahli beserta pilot berpengalaman telah menyusuri daerah sekitarnya, yang membuktikan pula bahwa alat-alat navigasi dalam kokpit berubah dan terganggu. DiKarenakan  teknologi masa kini yg semakin canggih, maka dapat di pantau pula melalui satelit.

Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet & lainnya yang memantau, terbukti bahwa di dalam kerak bumi pada daerah tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan gelombang-gelombang elektromagnet.

Akibat peralatan navigasi yang terganggu oleh medan magnet, membuat rute akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.

Hingga kini, tidak satupun ada orang yang selamat (survivor) dan berhasil ditemukan.
Pada masa lalu teknologi tak secanggih sekarang, bangkai pesawatpun tak berbekas sama sekali. Oleh sebab itulah, pada masa lalu, teori mengenai medan magnet lokal akibat adanya putaran-putaran lava di dalam kerak Bumi bukan hanya satu-satunya teori. Teori adanya campur tangan UFO atau pengaruh Geografi dan iklim (alamiah), masih merupakan beberapa teori lainnya tentang Segitiga Bermuda ini dimasa lalu.

Lalu muncul pertanyaan...
Mengapa dalam beberapa dekade ini tak ada lagi kecelakaan yang berarti di segitiga bermuda? Jawabannya adalah karena pada masa kini pesawat dan kapal laut tak lagi hanya menggunakan penunjuk arah yaitu Kompas saja. Namun, pada masa kini semua transportasi tersebut sudah menggunakan sistim navigasi GPS (Global Positioning System) yang dipandu oleh minimal 3 buah satelit.

Tapi, bagaimana dengan bangkai-bangkai kapal dan pesawat yang tak ditemukan? Nah, Bangkai-bangkai kapal apalagi pesawat tak semuanya dapat ditemukan karena dalamnya lautan di wilayah segitiga Bermuda.

Walau tak semuanya, namun nyaris semua posisi kapal-kapal karam itu telah diketahui keberadaannya, baik secara pencarian ataupun secara tak sengaja terdeteksi oleh sonar kapal yang sedang lewat.

Untuk sebuah pencarian janganlah sepelekan kawasan ini, kawasan segitiga bermuda sangatlah luas, bahkan lebih besar dan lebih luas dari pulau Kalimantan dengan lautan bebas, yang sangat sering dilalui puluhan badai (hurricane) ditiap tahunnya dan kadang juga lautannya berarus kuat.

Kini, semua misteri telah usai, sudah tak ada lagi kecelakaan atau hilangnya pesawat dan kapal laut akibat salah navigasi di segitiga Bermuda hingga saat ini.

Demikianlah, pemaparan dari kami tentang terbongkarnya misteri segitiga bermuda. 

Referensi : indocropcircles

10 Destinasi Wisata Paling Dicari Traveller Versi Google 2017


Tinggal hitungan hari, tahun 2017 akan segera berakhir. Banyak rentetan kejadian yang mewarnai tahun ini mulai dari serbuan badai, gempa bumi hingga serangan teroris. Namun, tetap masih banyak para pelancong yang mencari referensi liburan atau sekedar keluar dari rutinitas hari-hari. Di akhir tahun ini, google mengumumkan tujuan wisata yang paling dicari selama tahun 2017. Berikut pemaparan lebih lengkapnya :

1.       Las Vegas, Nevada


2.       Barcelona, Spanyol


3.       Pantai Myrtle, Carolina Selatan


4.       Aspen, Colorado


5.       Punta Cana, Republik Dominika


6.       Maladewa


7.       Turks Dan Caicos


8.       Bali, Indonesia


9.       Cancun, Meksiko


10.   Bermuda

Jadi, yang mana favoritmu?

Artikel ini pernah tanyang di IndTimes dengan judul Ini Dia 10 Destinasi Wisata Yang Paling Dicari Di Google 2017 

Dec 29, 2017

Misteri Kisah Mistis Dari Gunung Agung Di Bali

"Kami umat Hindu meyakini bahwa Gunung Agung adalah istananya dewa dan dewi, serta roh leluhur yang sudah meninggal," tutur Koordinator Pemandu Pendakian Gunung Agung, Komang Kayun.
Gunung Agung merupakan salah satu tempat yang paling disakralkan umat Hindu di Bali. Gunung Agung juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pecinta pendaki gunung. Penosa Gunung Agung juga mampu menarik hati para wisatawan untuk makin mencintai Bali.

Di sisi barat daya Gunung Agung terdapat Pura Agung Besakih, salah satu tempat beribadat yang juga paling sakral. Tak jauh dari pura terdapat Tirta Giri Kusuma dan Pura Pengubengan.
 Di Tirta Giri Kusuma umat Hindu mengambil air suci untuk menyempurnakan yadnya (upacara persembahan) yang mereka lakukan. Setiap desa yang melakukan yadnya diharuskan nuwur tirta (mengambil air suci) dengan meminta izin dan menaruh persembahan untuk dewa.

Para pendaki biasanya mencapai puncak gunung sakral ini lewat dua jalur populer, yakni Pura Agung Besakih dan Pura Pasar Agung.

 Sebelum pendakian harus dilakukan ritual ibadah di kedua pura untuk meminta izin. Selain mendaftarkan diri di pos pendakian, pendaki juga wajib menaati peraturan adat serta menghindari pantangan-pantangan tertentu.

Sayangnya, banyak dari para pendaki yang melanggar tata krama dan peraturan adat. Hal ini berujung pada terjadinya hal-hal mistis diluar nalar.

Tersesat di Gunung Agung

Kejadian mistis seperti itu pernah dialami oleh Ayu N Surya. Pendaki wanita itu mengadakan event Trail Running di Gunung Agung dengan rute Pura Pasar Agung - Puncak - Pura Besakih - Balai Desa Sebudi.

Salah satu peserta tersesat setelah melewati puncak. Beruntung sepanjang pendakian terdapat sinyal ponsel, sehingga pendaki tersebut melapor kepada panitia dan memberitahukan posisinya. Hampir 24 jam pencarian, dari cuaca yang awalnya cerah, tiba-tiba hujan deras dan tertutup kabut. Para penyelenggara dan pemangku adat melakukan sembahyang di Pura Besakih, memohon agar dipermudah dan dilancarkan proses evakuasi.

Menurut salah satu pemangku adat, upacara harus dilakukan di dua pura yang mengapit Gunung Agung (Besakih dan Pasar Agung). Namun mengingat dana yang terbatas, Ayu dan kawan-kawan memang hanya melakukan upacara di area Pura Pasar Agung. Sedangkan musibah yang terjadi masuk dalam wilayah Pura Besakih.

Korban akhirnya berhasil dievakuasi. Ia bercerita bahwa usai melewati puncak, tiba-tiba kabut menghadang. Ia terpeleset dan terus mengarah ke jalur yang tidak semestinya.

Biasanya kalau ada orang hilang atau celaka di Gunung Agung biasanya karena orang itu kotor. Entah kotor seperti apa yang dimaksud. Mungkin salah satunya niatnya tidak baik, atau berbuat yg enggak-enggak.

Pendaki yang tubuhnya seperti lumpuh

"Salah satu pantangannya, jika ada keluarga dekat atau sepupu yang meninggal tidak diperbolehkan mendaki gunung. Karena mereka dalam keadaan bersedih," tutur Koordinator Pemandu Pendakian Gunung Agung, Komang Kayun kepada KompasTravel.

Pantangan lainnya, lanjut Komang, adalah saat haid atau datang bulan bagi wanita.

"Pendaki juga tidak boleh membawa bahan makanan dari daging sapi, juga membawa perhiasan dari emas," tambahnya.

Lalu apa dampaknya jika pendaki tak mengindahkan peraturan adat tersebut?

"Saya sering lihat sendiri (hal mistis) muncul. Misalnya (pendaki) membawa daging sapi. Itu angin menghalangi kita naik. Seperti sampai tak bisa jalan," kisahnya.

Ada pula pendaki yang membawa emas, tubuhnya seperti lumpuh.

"Kelelahan luar biasa. Bukan seperti kram, tapi kelelahan sampai tak bisa gerak. Keajaiban ini kami (para pemandu Gunung Agung) yang menyaksikan, bukan saya sendiri," tambah Komang.
Tak ada salahnya mengikuti aturan adat masyarakat setempat.

Kilas balik letusan Gunung Agung 1963

Konon katanya cerita yang sama juga terjadi saat Gunung Agung meletus pada tahun 1963.


Dikutip dari halaman www.serunik.com dikisahkan saat Gunung Agung meletus tahun 1963, tak hanya juru kunci gunung Agung yang tak mau mengungsi.
Bahkan, hampir semua lelaki dewasa dari beberapa desa “menyambut” lahar tumpahan gunung Agung tersebut.

Lama letusan Gunung Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan Februari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964.

19 Februari 1963: Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang.

Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan, makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh semburan asap berwarna kelabu kehitam-hitaman.

Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih.

Udara diliputi kabut, sedang abu mulai turun. Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan.

Penghuninya tetap tenang dan melakukan persembahyangan. Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal.

Pandangan ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya. Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung-menyambung di atas puncaknya.

Demikianlah, kisah Gunung Agung yang hingga kini masih terus menjadi bom waktu. Mengingat letusan dasyatnya tahun 1963 wajar saja jika para warga sekitar Gunung Agung sangat ketat mengenai peraturan adat yang menyangkut Gunung Agung.

Jika status Gunung Agung telah kembali normal, Anda bisa menikmati keindahan gunung tertinggi di Pulau Dewata ini ditemani pemandu lokal.

Referensi :